profil lembaga

profil lembaga
Kebersamaan yang hakiki...

Rabu, 04 Agustus 2010

Tahun 2010, DPR Ngotot Bikin Tiga Proyek Besar

Jakarta, RMOL. Pembangunan Gedung Baru Dimulai Agustus 2010

Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Istilah ini pas ditujukan kepada anggota DPR yang ngotot membuat tiga proyek besar di tahun 2010 (baca tabel).

Padahal, setiap proyek di DPR selalu ditolak rakyat, tapi tetap saja dilaksanakan. Misal­nya, pembangunan gedung baru DPR senilai Rp1,8 triliun.

Alasan yang dibuat untuk pem­bangunan ini tidak masuk akal. Awalnya, dibilang gedung DPR miring tujuh derajat sesuai peni­laian Kementerian PU. Padahal, kementerian ini hanya mereko­mendasikan perbaikan teknik biasa, seperti mengusulkan pe­ma­sangan angkur untuk perbai­kan hubungan antara dinding dengan balok supaya kolom yang retak agar tidak roboh.

Merasa alasannya tidak di­teri­ma, akhirnya dibilang lagi bah­wa pembangunan tetap diper­lu­kan karena anggota DPR mem­bu­tuhkan gedung yang bisa me­nampung 3.000 orang pegawai.

Padahal, Gedung Nusantara I DPR itu masih bisa menampung banyak pegawai, apalagi gedung ini sudah direnovasi tahun 2010.

Melihat hal itu, patut diperta­nyakan kenapa sampai ngotot membangun gedung mewah. Apa­kah ada niat untuk menyele­wengkan anggarannya atau se­kedar gagah-gagahan saja untuk mendapatkan fasilitas mewah. Sebab, pembangunan ini diren­ca­kan selesai tahun 2012. Ini berarti anggota DPR se­karang ini masih bisa ngantor di situ dua tahun lagi.

Begitu disampaikan Koordina­tor Advokasi dan Investigasi Fo­rum Indonesia untuk Transpa­ransi Anggaran (Fitra), Ucok Kha­dafi, peneliti Indonesia Budget Center (IBC) Roy Salam, penga­mat politik dari Universitas Indo­nesia (UI) Andrinof A Chaniago, dan Koordinator Forum Masya­rakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang, kepada Rakyat Merdeka, di Ja­karta, kemarin.

“Proyek-proyek di DPR selalu ngotot dilakukan. Padahal, rakyat selalu menyoroti agar tidak dilak­sanakan bila dianggap mubazir, misalnya saja soal pembangunan gedung baru ini. Gedung yang ada saja masih cukup, kenapa bi­kin gedung baru,’’ ujarnya.

Dikatakan, perawatan dan pem­­bangunan ruang tambahan di Nusantara I total anggaran yang dihabiskan dalam APBN 2010 mencapai Rp 269 miliar.

Rinciannya, kata dia, terdiri dari pembiayaan design gedung baru sebesar Rp 133,2 milyar, mem­perkuat struktur gedung Nusan­tara I Rp 35 miliar, renovasi ruang kerja anggota DPR sebesar Rp 4,5 miliar, pembuatan ruang te­naga ahli, legal drafter dan pene­liti sebesar Rp 25 milyar, dan per­baikan rel serta setting ulang lift gedung Nusantara I yang menca­pai Rp 71,3 miliar (Rp 68 miliar APBN dan Rp 3,3 miliar dalam APBN Perubahan).

“Jika alasannya gedung yang lama ruangannya sangat kecil dan miring, kenapa biaya perawatan­nya masih sangat besar dan di­bangun ruangan baru lagi. Inikan mubazir,” ucapnya.

“Ini wajib dipertanyakan. Apa­lagi selama ini proyek di DPR banyak ditolak anggota DPRnya sendiri karena tidak berhubungan langsung dengan kinerja anggota DPR. Apalagi pembangunan ge­dung baru bukanlah suatu ke­bu­tuhan yang mendadak,” jelas­nya.

Uchok menambahkan, seka­rang sebaiknya DPR menghen­tikan pembangunan gedung baru itu. Dia juga khawatir pem­ba­ngunan gedung baru ini sebagai cara untuk membungkam sikap kritis DPR selama ini.

Sementara Roy Salam menga­takan, pembangunan gedung baru DPR terlalu dipaksakan. “Ini bentuk pemaksaan, DPR kok ngo­tot sih,” ujarnya.

Dikatakan, dari berbagai alasan yang disampaikan DPR sangat tidak rasional. DPR lebih mem­butuhkan fasilitas ketimbang me­layani masyarakat.

“DPR sepertinya main-main ter­hadap amanah rakyat,” kata­nya.

Sedangkan Andrinof A Cha­niago mengatakan, semua fraksi DPR sudah kompak mendukung rencana gedung baru DPR yang me­nelan dana sekitar Rp 1,8 triliun itu.

Menurutnya, dengan dukungan pembangunan gedung baru ber­arti anggota DPR ingin bermanja-manja dengan fasilitas mewah sekelas hotel bintang lima.

Hal senada disampaikan Se­bas­tian Salang. Menurutnya, DPR tidak peka dengan kesulitan yang dihadapi masyara­kat, maka­nya ngotot membangun gedung mewah.

“Kenapa DPR tidak transparan soal rencana pembangunan ge­dung baru ini. Ada apa sih,” katanya.

Dikatakan, jika DPR meng­inginkan gedung baru sebaiknya menyampaikan secara terbuka dengan alasan logis dan rasional, dan dengan pertimbanganyang terukur. “Jangan berkedok ge­dung miring. Penggunaan alasan-alasan yang tidak logis seperti itu, malah menjadi pertanyaan pu­blik,” katanya.

“Gedung Nusantara I itu kan baru digunakan belum sampai 10 tahun, dan belum lama ini dire­novasi juga. Ini ada apa, habis-habiskan uang saja dong,’’ ujar­nya.

Bukan Karena Miring, Tapi Over Capacity
Ahmed Zaki Iskandar, Anggota BURT DPR

Pembangunan gedung baru DPR akan tetap dilaksana­kan. Soalnya kondisi gedung Nusan­tara I sudah tidak mendu­kung ke­giatan anggota dewan lagi.

Demikian disampaikan ang­gota Badan Urusan Rumah Tang­ga (BURT) DPR, Ahmed Zaki Iskandar Zul­­karnain, ke­pada Rakyat Mer­­deka, di Ja­karta, kemarin.

“Alasan pem­bangunan ge­dung baru bukan karena gedung yang lama mi­ring. Namun, ka­rena kondisi ge­dung yang lama sudah tidak cu­kup lagi menam­pung kegiatan dewan,” katanya.

Menurut Politisi Golkar itu, Gedung Nusantara I sudah tidak bisa menampung jumlah ang­gota dewan plus dengan tenaga ahlinya. “Gedung lama itu ka­pasitasnya cuma 800 orang, na­mun sekarang yang menem­pati­nya 1.200 orang. Terdiri dari anggota DPR, tenaga ahli, clea­ning service dan Pam­dal,” jelasnya.

Apalagi, sambungnya, ke depan, seorang anggota DPR akan didampingi oleh lima tenaga ahli dan seo­rang se­kre­taris, sehingga dibu­tuhkan rua­ngan yang memadai dan sangat sempit.

Untuk itu, lanjutnya, gedung baru nanti dibuat untuk bisa me­nampung 3.000 orang dan ditar­getkan selesai pada 2012. “Ge­dung yang lama akan alih fung­si, tidak lagi menjadi ruang ang­gota, melainkan ruang rapat fraksi,” jelasnya.

Sebelumnya Ketua Panja Ge­dung Baru DPR yang juga Wa­kil Ketua BURT DPR Pius Lus­tri­lanang menga­ta­kan, pele­takan batu pertama ge­dung baru DPR di­jadwalkan pada akhir bulan Agus­tus 2010. Hing­ga saat ini tiga kon­sultan yang su­dah be­kerja sejak pe­rio­de DPR sebe­lum­nya sudah me­­­nye­le­saikan de­sain hingga 27 lantai.

“Analisis Amdal sudah sele­sai sejak tahun 2008, desain sam­pai lantai 27 sudah beres. Ren­cana peletakan batu perta­ma akhir Agustus 2010,” ujar­nya.

Tiga konsultan yang sudah bekerja sejak itu adalah Block Plan Design PT Virama Karya, Master Plan De­­sign PT Yodya Karya, dan Ma­­najemen Kons­truksi PT Ci­ria Jasa. Ketiganya ditunjuk untuk mem­beres­kan peren­canaan lengkap de­ng­an desain gedung “Gerbang As­pirasi” DPR.

Ketiga konsultan tersebut juga yang menghitung kira-kira ang­garan sebesar Rp 1,8 triliun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar